STUF EX DALAM NAPKING FOLDING BAGI PESERTA DIDIK BERKEBUTUHAN KHUSUS

Indria Ariyanti(1*)

(1) 
(*) Corresponding Author

Sari


Saat ini sudah banyak sekolah umum yang menyelenggarakan pendidikan untuk peserta didik berkebutuhan khusus bersama dengan kelas reguler. SMK Negeri 3 Probolinggo sudah melaksanakan pendidikan integrasi dengan menerima peserta didik berkebutuhan khusus pada 5 program keahlian. Program keahlian Tata Boga pada kelas XI ada 3 peserta didik berkebutuhan khusus menyandang ketunaan 2 orang tuna grahita dan 1 orang tuna rungu dan wicar. Adanya peserta didik berkebutuhan khusus di kelas reguler, guru mengalami kesulitan berkomunikasi dalam proses pembelajaran dan kesulitan untuk menentukan metode pembelajaran untuk peserta didik berkebutuhan khusus. Dalam  proses pembelajaran Tata Hidang kompetensi dasar membuat lipatan serbet atau napkin folding diharapkan anak terampil dalam membuat berbagai macam bentuk napkin folding. Untuk peserta didik berkebutuhan khusus merasa kesulitan dalam melakukan praktik napkin folding. Strategi yang dipilih dalam proses pembelajaran praktik napkin folding adalah dengan menerapkan model STUF EX  berbantukan hand out. Langkah-langkah pemecahan masalah menggunakan model Student Facilitator And Explaining secara garis besar meliputi perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi. Setelah menerapkan model pembelajaran STUF EX dengan penekanan pada keaktifan anak,  banyak perubahan yang terjadi pada peserta didik berkebutuhan khusus. Perubahan itu penulis ketahui dari observasi pada aktifitas peserta didik berkebutuhan khusus pada saat mengikuti pembelajaran dan hasil perkembangan belajar peserta didik berkebutuhan khusus.  Perubahan itu antara lain bagi Peserta didik berkebutuhan khusus dapat menerima penjelasan dari temannya sebagai fasilitator. Sehingga peserta didik berkebutuhan khusus dengan senang hati mau mempraktikkan napkin folding sesuai langkah-langkah yang diajarkan. Model  ini efektif meningkatkan komunikasi antara guru dan anak peserta didik serta komunikasi peserta didik dengan peserta didik. Hasil yang didapatkan peserta didik berkebutuhan khusus menjadi tertarik untuk belajar bersama teman-temannya. Peranan guru dan teman di kelas intregasi sangat membantu proses belajar peserta didik berkebutuhan khusus sehingga mereka tidak merasa terabaikan. Pergaulan sosial dengan teman-teman yang mau menerima keadaan mereka menambah semangat peserta didik berkebutuhan khusus untuk belajar. Secara keseluruhan dapat disimpulkan Model STUF EX  berbantukan hand out dapat meningkatkan hasil belajar peserta didik berkebutuhan khusus atas nama Farah dan Fian. Peningkatan hasil belajar peserta didik berkebutuhan khusus dibuktikan dengan hasil praktik sebelum menggunakan model STUF EX, mereka kesulitan dalam praktik melipat serbet (napkin folding). Setelah menggunakan model STUF EX ada peningkatan hasil praktik melipat serbet (napkin folding) cukup sesuai dengan standar penilaian melipat serbet (napkin folding).

Kata Kunci : model pembelajaran, stuf ex, napkin folding, Student facilitator and Explaining


Teks Lengkap:

16-26 PDF

Referensi


Agus Suprijono (2009). Cooperative Learning Dan Aplikasi Paikem.Yogyakarta: Pustaka Belajar.

Florentina Atik,dkk (2013). Modul Pelatihan Pendidikan Inklusif Berbasis Sekolah.Jakarta:Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.

Jamaris, M. (2010). Orientasi baru dalam psikologi pendidikan. Jakarta: Yayasan Panamas Murni.

Syah, Muhibbin(2009) Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru. Bandung: Remaja Rasda Karya.




DOI: http://dx.doi.org/10.31602/jt.v2i1.2927

Refbacks

  • Saat ini tidak ada refbacks.


Jurnal Terapung : Ilmu - Ilmu Sosial is licensed under Attribution-ShareAlike 4.0 International